Gesah.co.id – Puluhan penyair dan penulis dari seluruh Indonesia dan sejumlah negara berkumpul di Banyuwangi untuk mengikuti Jambore Sastra Asia Tenggara. Salah satu agendanya adalah meluncurkan antologi puisi berisi karya 200 penyair yang hadir di Jambore Sastra tersebut.
Sedangkan dari Malaysia salah satunya hadir Sastrawan Mohamad Saleeh Rahamad yang juga seorang profesor di Universiti Malaya. Ia juga merupakan Presiden Persatuan Penulis Nasional Malaysia (PENA) sejak 2010. Dari Singapura hadir Rohani Din, seorang penulis produktif yang telah menghasilkan banyak karya prosa dan puisi. Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah Novel “Diari Bonda” yang hadir dalam empat sekuel.
Beragam kegiatan kesastraan mewarnai Jambore Sastra yang berlangsung mulai 24-26 Oktober tersebut. Di antaranya adalah Penyair Goes to School untuk memperkenalkan berbagai aktivitas dan karya sastra kepada pelajar yang berlangsung pada Jumat (25/10/2024) dan Seminar Sastra pada Sabtu (26/10/2024).
“Kami berterima kasih atas kehadiran para sastrawan seluruh Indonesia dan Asia Tenggara yang telah hadir dalam kegiatan Jambore Sastra Asia Tenggara di Banyuwangi. Kehadiran semua sastrawan di Banyuwangi sangat berarti bagi pengembangan sastra lokal juga pengenalan budaya daerah ke kancah yang lebih luas,” kata Plt. Bupati Banyuwangi Sugirah, Sabtu (26/10/2024).
Sementara itu, kegiatan Jambore sastra diawali dengan pembukaan dan gala dinner yang menampilkan 200 penyair dan penulis di Pendopo Sabha Swagata, Kamis Malam (24/10/2024). Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan sejumlah negara Asia Tenggara seperti Malaysia dan Singapura.
“Jambore Sastra ini bukan sekedar pertemuan pecinta sastra, tapi wadah untuk merayakan keragaman budaya dan kekayaan bahasa di Asia Tenggara. Juga untuk berbagi rasa, pengalaman dan kebijaksanaan,” kata Pj. Sekretaris Daerah (Sekda) Banyuwangi Guntur Priambodo saat membuka acara.
Guntur menjelaskan bahwa Pemkab Banyuwangi rutin menggelar festival sastra sebagai upaya untuk menghidupkan kembali kecintaan pada sastra di kalangan pelajar dan warga. Seperti festival sastra tahun 2024 yang menampilkan dan mengkompetisikan sastra tidak hanya berbahasa Indonesia, namun juga sastra berhahasa Menggunakan, Jawa, dan Bahasa Inggris.
“Festival sastra kita gelar bukan hanya perayaan karya sastra, tapi juga momen penting memikirkan kembali bagaimana sastra berperan dalam merevitalisasi bahasa daerah,” kata Guntur.
Salah sastrawan asal Malaysia, dari Malaysia salah satunya hadir Sastrawan Mohamad Saleeh Rahamad menjelaskan jika hadir di Banyuwangi menjadi salah satu kebanggan dan momen yang dinantikan.
“Bertemu dengan para penyair antar negara untuk berbagi pengalaman yang berharga,” kata Mohamad Saleh Rahamaad. Ia juga berkesempatan membacakan puisinya dalam buku antologi Puisi “Ijen Purba” dengan judul “Lelaki-Lelaki Perkasa Banyuwangi”.
Acara pembukaan tersebut juga sekaligus dirangkai dengan peluncuran buku Antologi Puisi Jambore Sastra Asia Tenggara “Ijen Purba: Tanah, Air dan Batu”.
“Buku antologi puisi tersebut sendiri berisi karya 200 penyair yang hadir di Banyuwangi pada Jambore ini,” Ketua Dewan Kesenian Blambangan Hasan Basri.
Sementara itu, tema “Ijen Purba: Tanah, Air dan Batu” dipilih karena Gunung Ijen telah ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark pada tahun lalu. Ini adalah salah satu cara Banyuwangi untuk mengenalkan Geopark Ijen lebih luas ke manca negara lewat jalur sastra. (*)