Gesah.co.id - Masih di momen HUT Adhyaksa ke-63, Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Banyuwangi, Suhardhono menggelar kuliah tujuh menit atau biasa disingkat Kultum di Masjid Kejaksaan Negeri (Kejari) Banyuwangi, dini hari ini (23/7/2023).
Kultum tersebut, dihisi langsung oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Banyuwangi, KH Mohammad Yamien.
Dalam ceramahnya, Yamien menjelaskan tentang Hijrah. Yang merupakan peristiwa besar dalam sejarah Islan. Hijrah sendiri merupakan perpindahan Rasulullah Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah.
"Peristiwa tersebut bukan hanya sekadar perpindahan fisik, tetapi juga merupakan simbol dari perubahan besar yang menginspirasi kaum Muslimin hingga saat ini," kata Yamien.
Di Mekah, lanjut Yamien, Rasulullah SAW menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan. Beliau bersabda: "Tidak ada negeri yang aku sering lihat penderitaannya seperti penduduk Mekah. Mereka menentangku, mencegahku, dan memusuhi siapa pun yang mengikutiku." Namun, beliau tetap sabar dan tawakkal kepada Allah.
"Tidak mudah bagi kaum Muslimin di Mekah untuk meninggalkan kenyamanan dunia yang telah mereka ciptakan di sana," sebutnya.
Yamien menyebut, mereka dipenuhi dengan cobaan dan kezaliman, namun mereka tetap teguh dalam iman. Namun, Allah Swt berfirman dalam Al-Quran: "Barangsiapa yang berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak." (Surah An-Nisa, 4:100)
"Hijrah Rasulullah SAW ke Madinah adalah peristiwa yang luar biasa karena membawa perubahan positif bagi Islam," terang Yamin.
Yamien menjelaskan, Madinah merupakan kota yang berbeda dari Mekah, karena mayoritas penduduknya adalah orang-orang dari kalangan Anshar (penduduk asli Madinah) dan Muhajirin (kaum Muslimin yang hijrah dari Mekah). Mereka saling berseteru sebelum kedatangan Rasulullah SAW, namun hijrah beliau menjadi perekat bagi persatuan mereka.
Di Madinah, Rasulullah SAW mendirikan sebuah masyarakat Islam yang berdasarkan keadilan dan kerelaan. Beliau membentuk perjanjian di antara suku-suku yang berbeda, termasuk Muslimin dan non-Muslimin, untuk memastikan perdamaian dan persatuan di kota tersebut.
"Dengan membangun hubungan yang kuat di antara kaum Muslimin dan masyarakat Madinah, Rasulullah SAW mengajarkan pentingnya kerjasama dan persaudaraan di antara semua orang, tanpa memandang suku, ras, atau latar belakang," jelasnya.
Kajari Banyuwangi, Suhardjono mengatakan, Kultum diadakan untuk memberikan wawasaj agama kepada para jaksa. Terutama para jaksa yang beragama islam.
"Dengan wawasan agama ini, tentunya kami harapkan bisa menumbuhkan rasa keperdulian kepada masyarakat dan menjaga hubungan baik dengan masyarakat. Sehingga, tercipta penegakan hukum yang humanis," ungkapnya.
Suhardjono berharap, para jaksa bisa mencerminkan Rosulullah SWT dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, bisa bertugas dengan baik dan mewujudkan Indonesia Emas.
"Semoga Indonesia dan khususnya Kabupaten Banyuwangi bisa aman, tentram dan kondusif dengan tidak membeda-bedakan ras, agama maupun latar belakang seseorang," pungkasnya.