Gesah.co.id – Mengurangi penggunaan plastik,
Pemkab Banyuwangi bersama Pusat Pencegahan Polusi Plastik (Living Lab)
melakukan uji coba penjualan sembako dalam sebuah kemasan daur ulang (reusable)
di warung rakyat.
Program ini kerjasama pemkab dengan Pusat
Pencegahan Polusi Plastik (Living Lab) Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), bersama para peneliti yang
tergabung dalam program Plastics in Indonesian Society (Pisces) yang diawaki
oleh Profesor Susan Jobling dari Brunel University London.
Uji coba penggunaan kemasan daur ulang untuk
produk-produk sembako di warung-warung disebut program "Pisces
Relay". Untuk awal, terdapat 6 warung kelontong di Kecamatan Banyuwangi
dan Rogojampi yang dilibatkan dalam program ini.
"Program ini sebagai upaya mengurangi dan
penanganan plastik sekali pakai (single-use plastic). Sejumlah warung
dipasok sembako yang telah kita kemas dalam wadah yang bisa didaur ulang.
Diharapkan program ini diharapkan akan mengurangi sampah plastik," kata
Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani.
Bupati Ipuk mengaku terus mendorong penanganan
sampah dari hulu ke hilir. Mulai dari pengurangan sampah, khususnya sampah
plastik, hingga kebijakan mendaur ulang sampah. Banyuwangi kini memiliki 19
tempat pengolahan sampah 3R (reduce, reuse, recycle) berbasis desa. Selain TPS
3R Muncar yang menjadi pengolahan sampah 3R terbaik nasional, juga ada TPS
Balak di Kecamatan Songgon yang berkapasitas 84 ton sampah ler gari.
Dalam program ini, Pisces bekerjasama dengan
perusahaan penyedia layanan reusable packaging (Enviu). Pisces menitipkan
sembako, seperti beras, kecap, minyak goreng, dan aneka bumbu siap saji dalam
kemasan reuseable yang ramah lingkungan di warung-warung. Misal beras ditaruh
di wadah plastik, kecap taruh botol khusus, begitupun bumbu siap saji
kemasannya bisa ditukar ulang kalau akan membeli kembali.
“Proyek ini diharapakan bisa menciptakan
solusi baru pengurangan plastik sekali pakai melalui perubahan pada hulu hingga
hilir. Mulai produsen, pengecer, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya,”
kata Professor Jobling.
Para pembeli bisa kembali menukarkan kembali
kemasan sembako yang telah dipakai untuk membeli produk yang sama di toko
tersebut.
“Kolaborasi ini melibatkan banyak pihak mulai
dari pemerintah, akademisi, industri, komunitas, dan masyarakat. Tujuan kami
bukan hanya untuk mengurangi limbah plastik tetapi untuk meletakkan dasar bagi
ekonomi sirkular," ungkap Jobling. (*)